TariZapin : Sejarah, Makna, Konsep, Gambar dan Penjelasan. Tari zapin - Bagi Anda orang Indonesia tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah lagu zapin atau Tari Zapin. Ya, jenis tari ini merupakan sebuah tari tradisional yang berasal dari suku melayu. Adapun jenis tari ini sendiri berasal dari Riau yang merupakan salah satu provinsi TempatWisata Alam di Brunei Darussalam. 4. Ulu Temburong National Park. Sumber: Instagram dennisallacross. Jika kamu cinta petualangan, wajib datang ke Ulu Temburong National Park. Di sini kamu bisa melihat beberapa air terjun yang indah ditemani semaraknya aneka flora dan fauna. Banyakorang beranggapan bahwa mempelajari peta buta itu tidak penting. Terlebih banyak siswa di sekolah yang merasa kesulitan menyelesaikan materi pembelajaran terkait peta buta. Padahal mempelajari peta buta Indonesia memiliki banyak sekali manfaat antara lain: Melatih daya ingat. Mengenali letak-letak provinsi dan kota-kota di tanah air. Pengertian Makna, dan Peranan Musik Tradisional Nusantara. 1. Pengertian. Seni musik adalah seni yang diekspresikan dengan media suara yang dituangkan secara teratur, indah, dan dapat dinikmati oleh pendengarnya. Musik tradisional adalah musik yang diciptakan dan dipelajari secara turun menurun sebagai salah satu kekayaan budaya daerah. MusikMelayu adalah jenis musik yang lahir dan berkembang di kawasan daerah rumpun Melayu yang meliputi Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, dan Indonesia (khususnya di Sumatra Barat dan Riau). Ciri utama dari musik Melayu adalah menggunakan alat musik membranophone atau gendang tradisional yang menghasilkan sentuhan dendang dan joget. Bahkan tidak sedikit yang menyebut alat ini dengan nama hadrah. Dijual secara satuan atau per set, harga rebana di pasaran rata-rata puluhan ribu hingga ratusan ribu rupiah. Alat Musik Rebana - id.wikipedia.org. Dikutip dari berbagai sumber, rebana adalah instrumen musik tradisional berbentuk gendang pipih khas Suku Melayu. WVW1qPz. Seni Musik Orkestra Gulintangan Orkestra musik Gulintangan merupakan seni musik tradisional Brunei Darussalam. Lazimnya seni musik, Gulintangan merupakan media ekspresi kegembiraan, kedukaan, dan ucapan syukur dalam tradisi masyarakat Brunei Darussalam. Pada masa kini, Gulintangan menjadi hiburan dalam tradisi pernikahan dalam masyarakat Brunei Darussalam serta musik penyambutan sebagai ucapan selamat datang dalam acara-acara yang digelar oleh para pejabat tinggi Negara Brunei Darussalam. Orkestra Gulintangan terdiri dari seperangkat alat musik, yaitu gulintangan, canang, tawak-tawak, gong, dan gandang labik. Keempat alat musik tersebut gulintangan, canang, tawak-tawak, gong dibuat dari bahan baku tembaga. Kelima puak yang berada di Brunei Darussalam memiliki tradisi Orkestra Gulintangan. Namun, dari kelima puak tersebut, masing-masing terdapat perbedaan dalam jumlah alat musik. Salah satu perbedaan misalnya perbedaan dalam menggunakan gandang labik, yaitu terdapat puak yang hanya menggunakan sebuah gandang labik, namun ada pula yang menggunakan dua buah, bahkan di dalam tradisi Puak Murut tidak menggunakan gandang labik dalam tradisi Orkestra Gulintangan mereka. Meskipun demikian, dari kelima puak tersebut tetap memiliki persamaan, yaitu tetap menggunakan gulintangan yang terdiri dari 8 buah gong kecil dan canang. Musik Gulintangan Alat musik ini terdiri dari delapan gong kecil yang disusun berjejer. Gulintangan merupakan alat musik utama dalam Orkestra Gulintangan. Alat musik ini berfungsi sebagai pembuka untuk memulai memainkan sebuah musik. Tanpa gulintangan maka Orkestra Gulintangan tidak mungkin bisa dimainkan. Canang Canang merupakan alat musik berbentuk gong yang digantungkan dengan tali. Alat musik ini bersifat sebagai pengiring dalam Orkestra Gulintangan. Canang bukan alat musik yang mampu mengendalikan cepat-lambat tempo sebuah musik. Namun tanpa adanya canang, Orkestra Gulintangan terasa kurang lengkap karena terasa ada sesuatu bunyi yang hilang dalam permainan musiknya. Tawak-tawak Alat musik tawak-tawak berbentuk gong yang berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan canang, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan gong. Dalam Orkestra Gulintangan, masyarakat Brunei Darussalam menyebut bahwa tawak-tawak berfungsi sebagai “peningkul” dan “peningkah”. Oleh karena itu, tawak-tawak lazim disebut sebagai “tawak-tawak peningkul” dan “tawak-tawak peningkah”. Ketiadaan tawak-tawak menjadikan bunyi musik dari sebuah Orkestra Gulintangan akan sumbang. Dari kelima puak yang terdapat di Brunei Darussalam, tawak-tawak yang dipakai oleh Puak Dusun dan Tutong lebih banyak daripada yang dipakai oleh ketiga puak lainnya. Selain sebagai peningkah dan peningkul, tawak-tawak di kedua puak ini juga berfungsi sebagai “pengayas”. Puak Dusun menyebut “tawak-tawak pengayas” ini dengan nama “teritik”. Gong Gong merupakan alat musik mengiringi permainan dalam Orkestra Gulintangan. Alat musik ini berfungsi sebagai penegas dalam setiap jeda irama musik. Tanpa kehadiran gong, maka musik dalam Orkestra Gulintangan terasa “sepi”. Gandang Labik Alat musik ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan gulintangan, yaitu sebagai penanda untuk memulai dan mengakhiri permainan sebuah musik. Gandang labik membuat irama musik menjadi lebih hidup, ramai, dan “penuh”. Dalam Orkestra Gulintangan, gandang labik yang dipakai sebagai dua buah. Lain Alat Musik Orkestra Gulintangan Selain sebagai alat musik, beberapa puak di Brunei Darussalam memfungsikan alat musik Orkestra Gulintangan dalam berbagai kepentingan. Alat musik gulintangan selain berfungsi sebagai alat musik utama dalam Orkestra Gulintangan juga sering dijadikan koleksi oleh beberapa kolektor alat musik. Canang menempati fungsi tersendiri selain sebagai alat musik dalam tradisi Puak Dusun. Dalam puak ini canang dijadikan sebagai salah satu alat pembayar denda apabila salah satu warganya melanggar hukum adat. Tawak-tawak dalam tradisi masyarakat Brunei juga dipercaya sebagai alat untuk menemukan seseorang yang dipercaya telah diculik oleh makhluk halus. Puak Dusun menggunakan tawak-tawak sebagai alat pemberitahuan berita kematian. Puak Tutong memfungsikan tawak-tawak sebagai alat pemberitahuan apabila terjadi musibah, misalnya musibah orang hilang dan orang dimakan buaya. Sedangkan pada zaman dahulu, Puak Murut menjadikan tawak-tawak sebagai tempat duduk pelaminan kedua mempelai dalam sebuah pernikahan. Puak Murut menjadikan gong sebagai hantaran dalam sebuah pernikahan. Selain itu, gong juga berfungsi sebagai penebus kesalahan apabila seseorang telah melanggar hukum adat. Dalam tradisi Puak Murut, gong dikuburkan bersama orang yang telah meninggal dalam tradisi kematian. Biasanya gong ini dipecah-pecah terlebih dahulu sebelum dikuburkan untuk menghindari dari tindakan pencurian. Dibaca 26008 kali Kembali ke Kesultanan Brunei DarussalamShare Form Komentar Alat – Alat Musik Brunei Darussalam Orkes gulintang terdiri dari beberapa alat musik yang harus dimainkan dengan aturan dan ritme tertentu. Peralatan yang dibutuhkan dalam orkes gulintang sebenarnya ada lima macam, yaitu gulintangan , canang, tawak-tawak , gong, dan gandang labik . Namun demikian, biasanya ada kelompok gulintang tertentu yang memadukannya dengan alat musik modern, seperti biola atau gitar. Adapun lima peralatan orkes gulintang tersebut adalah sebagai berikut Gulintangan , yakni seperangkat gong kecil berjumlah delapan buah yang ditata di atas rajutan tali dan di dalam sebuah bingkai kayu memanjang. Dalam setiap pentas, gulintangan harus ada karena alat ini merupakan inti dari orkes gulintang . Gong kecil berjumlah delapan buah ini biasanya akan dimainkan pertama kali dengan dipukul berdasarkan irama tertentu karena gulintangan berfungsi sebagai pembuka dan penuntun bagi alat musik lainnya. Biasanya, gulintangan akan dipukul secara bergantian dari kedua tangan seorang pemain. Ibarat gitar, gulintangan sering dimainkan dengan cara akustik lebih dahulu sebagai intro nada sebelum masuk lagu. Canang , yakni tiga gong yang digantung dengan tali pada sebuah tiang kayu dan dimainkan secara berurutan. Canang berfungsi sebagai pelengkap yang mengiringi gulintangan . Tiga gong ini dimainkan dengan cara dipukul menggunakan sebatang kayu yang dibuatkan benjolan di ujungnya. Canang dipukul dengan ritme yang jarang namun harus selalu memperhatikan bunyi alat musik yang lain. Hal ini karena canang berfungsi sebagai pelengkap yang mengiringi gulintangan . Jika canang dipukul dengan bit yang pas, maka orkes gulintang sudah menemukan irama yang enak dinikmati. Tawak-tawak , yakni sebuah gong yang yang digantung dengan tali pada sebuah tiang kayu. Dalam bahasa Brunei, tawak-tawak disebut sebagai peningkah atau peningkul yang berfungsi untuk merespon irama gulintangan dan canang . Alat musik inilah yang membuat irama menjadi dinamis. Saat tawak-tawak dipukul dengan irama cepat, misalnya, hal itu menandakan penyanyi harus bernyanyi dengan cepat dan penari melakukan gerakan yang rancak. ALAT MUSIK TRADISIONAL BRUNEI DARUSSALAM Gulintangan Alat musik ini terdiri dari delapan gong kecil yang disusun berjejer. Gulintangan merupakan alat musik utama dalam Orkestra Gulintangan. Alat musik ini berfungsi sebagai pembuka untuk memulai memainkan sebuah musik. Tanpa gulintangan maka Orkestra Gulintangan tidak mungkin bisa dimainkan. Canang Canang merupakan alat musik berbentuk gong yang digantungkan dengan tali. Alat musik ini bersifat sebagai pengiring dalam Orkestra Gulintangan. Canang bukan alat musik yang mampu mengendalikan cepat-lambat tempo sebuah musik. Namun tanpa adanya canang, Orkestra Gulintangan terasa kurang lengkap karena terasa ada sesuatu bunyi yang hilang dalam permainan musiknya. Tawak-tawak Alat musik tawak-tawak berbentuk gong yang berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan canang, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan gong. Dalam Orkestra Gulintangan, masyarakat Brunei Darussalam menyebut bahwa tawak-tawak berfungsi sebagai “peningkul” dan “peningkah”. Oleh karena itu, tawak- tawak lazim disebut sebagai “tawak -tawak peningkul” dan “tawak - tawak peningkah”. Ketiadaan tawak -tawak menjadikan bunyi musik dari sebuah Orkestra Gulintangan akan sumbang. Dari kelima puak yang terdapat di Brunei Darussalam, tawak-tawak yang dipakai oleh Puak Dusun dan Tutong lebih banyak daripada yang dipakai oleh ketiga puak lainnya. Selain sebagai peningkah dan peningkul, tawak-tawak di kedua puak ini juga berfungsi sebagai “pengayas”. Puak Dusun menyebut “tawak -tawak peng ayas” ini dengan nama “teritik”. Seni Musik Orkestra Gulintangan Orkestra musik Gulintangan merupakan seni musik tradisional Brunei Darussalam. Lazimnya seni musik, Gulintangan merupakan media ekspresi kegembiraan, kedukaan, dan ucapan syukur dalam tradisi masyarakat Brunei Darussalam. Pada masa kini, Gulintangan menjadi hiburan dalam tradisi pernikahan dalam masyarakat Brunei Darussalam serta musik penyambutan sebagai ucapan selamat datang dalam acara-acara yang digelar oleh para pejabat tinggi Negara Brunei Darussalam. Orkestra Gulintangan terdiri dari seperangkat alat musik, yaitu gulintangan, canang, tawak-tawak, gong, dan gandang labik. Keempat alat musik tersebut gulintangan, canang, tawak-tawak, gong dibuat dari bahan baku tembaga. Kelima puak yang berada di Brunei Darussalam memiliki tradisi Orkestra Gulintangan. Namun, dari kelima puak tersebut, masing-masing terdapat perbedaan dalam jumlah alat musik. Salah satu perbedaan misalnya perbedaan dalam menggunakan gandang labik, yaitu terdapat puak yang hanya menggunakan sebuah gandang labik, namun ada pula yang menggunakan dua buah, bahkan di dalam tradisi Puak Murut tidak menggunakan gandang labik dalam tradisi Orkestra Gulintangan mereka. Meskipun demikian, dari kelima puak tersebut tetap memiliki persamaan, yaitu tetap menggunakan gulintangan yang terdiri dari 8 buah gong kecil dan canang. Musik Gulintangan Alat musik ini terdiri dari delapan gong kecil yang disusun berjejer. Gulintangan merupakan alat musik utama dalam Orkestra Gulintangan. Alat musik ini berfungsi sebagai pembuka untuk memulai memainkan sebuah musik. Tanpa gulintangan maka Orkestra Gulintangan tidak mungkin bisa dimainkan. Canang Canang merupakan alat musik berbentuk gong yang digantungkan dengan tali. Alat musik ini bersifat sebagai pengiring dalam Orkestra Gulintangan. Canang bukan alat musik yang mampu mengendalikan cepat-lambat tempo sebuah musik. Namun tanpa adanya canang, Orkestra Gulintangan terasa kurang lengkap karena terasa ada sesuatu bunyi yang hilang dalam permainan musiknya. Tawak-tawak Alat musik tawak-tawak berbentuk gong yang berukuran lebih besar jika dibandingkan dengan canang, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan gong. Dalam Orkestra Gulintangan, masyarakat Brunei Darussalam menyebut bahwa tawak-tawak berfungsi sebagai “peningkul” dan “peningkah”. Oleh karena itu, tawak-tawak lazim disebut sebagai “tawak-tawak peningkul” dan “tawak-tawak peningkah”. Ketiadaan tawak-tawak menjadikan bunyi musik dari sebuah Orkestra Gulintangan akan sumbang. Dari kelima puak yang terdapat di Brunei Darussalam, tawak-tawak yang dipakai oleh Puak Dusun dan Tutong lebih banyak daripada yang dipakai oleh ketiga puak lainnya. Selain sebagai peningkah dan peningkul, tawak-tawak di kedua puak ini juga berfungsi sebagai “pengayas”. Puak Dusun menyebut “tawak-tawak pengayas” ini dengan nama “teritik”. Gong Gong merupakan alat musik mengiringi permainan dalam Orkestra Gulintangan. Alat musik ini berfungsi sebagai penegas dalam setiap jeda irama musik. Tanpa kehadiran gong, maka musik dalam Orkestra Gulintangan terasa “sepi”. Gandang Labik Alat musik ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan gulintangan, yaitu sebagai penanda untuk memulai dan mengakhiri permainan sebuah musik. Gandang labik membuat irama musik menjadi lebih hidup, ramai, dan “penuh”. Dalam Orkestra Gulintangan, gandang labik yang dipakai sebagai dua buah. Lain Alat Musik Orkestra Gulintangan Selain sebagai alat musik, beberapa puak di Brunei Darussalam memfungsikan alat musik Orkestra Gulintangan dalam berbagai kepentingan. Alat musik gulintangan selain berfungsi sebagai alat musik utama dalam Orkestra Gulintangan juga sering dijadikan koleksi oleh beberapa kolektor alat musik. Canang menempati fungsi tersendiri selain sebagai alat musik dalam tradisi Puak Dusun. Dalam puak ini canang dijadikan sebagai salah satu alat pembayar denda apabila salah satu warganya melanggar hukum adat. Tawak-tawak dalam tradisi masyarakat Brunei juga dipercaya sebagai alat untuk menemukan seseorang yang dipercaya telah diculik oleh makhluk halus. Puak Dusun menggunakan tawak-tawak sebagai alat pemberitahuan berita kematian. Puak Tutong memfungsikan tawak-tawak sebagai alat pemberitahuan apabila terjadi musibah, misalnya musibah orang hilang dan orang dimakan buaya. Sedangkan pada zaman dahulu, Puak Murut menjadikan tawak-tawak sebagai tempat duduk pelaminan kedua mempelai dalam sebuah pernikahan. Puak Murut menjadikan gong sebagai hantaran dalam sebuah pernikahan. Selain itu, gong juga berfungsi sebagai penebus kesalahan apabila seseorang telah melanggar hukum adat. Dalam tradisi Puak Murut, gong dikuburkan bersama orang yang telah meninggal dalam tradisi kematian. Biasanya gong ini dipecah-pecah terlebih dahulu sebelum dikuburkan untuk menghindari dari tindakan pencurian. Dibaca 26009 kali Kembali ke Kesultanan Brunei DarussalamShare Form Komentar Budaya di Brunei Darussalam Budaya dan Kebiasaan Budaya dan kebiasaan orang Brunei seakan sama dengan Melayu, dengan pengaruh kuat dari Hindu dan Islam, tetapi lebih konservatif dibandingkan Malaysia. Penjualan dan penggunaan alkohol diharamkan, dengan orang luar dan non-Muslim dibenarkan membawa dalam 12 bir dan dua botol miras setiap kali mereka masuk negara ini. Seni Budaya seni yang menonjol adalah seni bangun masjid, istana sultan, kaligrafi, ragam hias dengan corak Arabik, tarian dan musik tradisional khas melayu. a. Kerajinan Brunei Darussalam Seni kerajinan atau seni kriyanya berupa cinderamata, kain songket, sulam bordir, dll. b. Tarian tradisional Brunei Darussalam Tari Adai Adai = tarian tradisional dari suku Brunei yang berdasarkan pada kehidupan kaum nelayan. Tarian ini ditarikan oleh 4 pasangan pria & wanita yang memakai pakaian warna - warni. Kadang-kala tidak menggunakan alat musik, sebaliknya suara yang mengiringi nyanyian adalah hentakan. Tari Aduk-Aduk = tarian upacara yang dilakukan oleh orang Kedayan selama liburan, terutama pada akhir panen musim. Penari memakai pakaian prajurit tradisional. Para penari menari sesuai dengan musik dan gerakan silat. Tari Jipin = tarian rakyat Melayu dan disertai dengan berbagai lagu tradisional. Tari Alus Jua Dindang = tari tradisional diiringi dengan lagu dan biasanya dilakukan selama upacara pernikahan. Tarian dan lagu itu dilakukan oleh kedua penari laki-laki dan perempuan. c. Pakaian Adat Salah satu pakaian adatnya = baju kurung d. Lagu & alat musik tradisional Brunei Darussalam Lagu Tradisionalnya = Alus Jua Dindang, Samalindang, Anding, Kampong Air, Air Pasang, Ya illahi, Indung anak, Jong Sarat, Tudung Dulang, Tipal, Kayum Oya kayum, Dindang di dindang, Dindang bidara, Adun Ku Bima, Induk Anak Indung Bungaku, Rela Mencari, Lumut lunting. Ciri-ciri musik brunei darussalam adalah berbau islami dan melayu yang kental. Alat musiknya antara lain Gulintangan = Alat musik ini terdiri dari delapan gong kecil yang disusun berjejer. Alat musik ini berfungsi sebagai pembukauntuk memulai memainkan sebuah musik. Canang = Canang-Canang merupakan alat musik berbentuk gong yang digantungkan dengan tali. Alat musik inibersifat sebagai pengiring dalam Orkestra Gulintangan. Tawak-tawak = Alat musik tawak-tawak berbentuk gong yang berukuran lebih besar jika dibandingkandengan canang, namun lebih kecil jika dibandingkan dengan gong. Dalam OrkestraGulintangan, masyarakat Brunei Darussalam menyebut bahwa tawak-tawak berfungsi sebagai peningkul dan peningkah. Gong =gong merupakan alat musik mengiringi permainan dalam Orkestra Gulintangan. Alat musikini berfungsi sebagai penegas dalam setiap jeda irama musik. Gandang Labik = Alat musik ini memiliki fungsi yang hampir sama dengan gulintangan, yaitu sebagai penandauntuk memulai dan mengakhiri permainan sebuah musik.

gambar alat musik tradisional brunei darussalam